UMAT ISLAM
HARUS KAYA
Kehidupan dunia sepertinya
tidak akan lepas dari yang namanya harta, kekayaan dan kekuasaan.
Manusia berlomba-lomba mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. Bahkan
untuk mencapainya, mereka harus menempuh cara-cara yang salah kaprah
dan menimbulkan komentar-komentar negatif tentangnya.
“Buat apa kaya kalau tidak berkah?”
“Buat apa kaya kalau dari hasil korupsi?”
“Buat apa kaya kalau tidak menjamin masuk surga?”
“Lebih baik miskin tapi beriman daripada kaya tapi bejat.”Baiklah. Kali ini saya tidak berminat untuk membantah ucapan-ucapan seperti itu. Saya akan mulai dari sebuah kisah menarik, yang beberapa hari ini banyak sekali di-share di Facebook.
Kisah nyata yang satu ini
terjadi di Perancis, sebuah negara yang memiliki prinsip bahwa agama
adalah urusan pribadi setiap orang. Karenanya, pemerintah tidak
memperbolehkan warga negaranya tampil di depan umum dengan
menggunakan simbol-simbol agama. Salah satu contoh penerapannya:
Perempuan yang ketahuan pakai cadar di depan umum, akan kena denda.
Aturan ini tentu saja membuat banyak muslimah yang terhambat dalam
menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.
Lantas, hadirlah seorang
pengusaha kaya bernama Rasyid
Nikaz. Dengan kekayaannya, dia
membebaskan para perempuan bercadar dari kewajiban membayar denda.
Berikut saya copas cerita singkatnya, dari sebuah Artikel:
MUSLIM YANG MENGALAHKAN PERANCIS SEORANG DIRI
Namanya Rasyid Nikaz, seorang pengusaha perancis (keturunan AlJazair) yang dengan ringannya membayar denda bagi muslimah yang becadar di Perancis dan Belgia. Sebagaimana kita tahu perancis menerapkan larangan mengenakan cadar di tempat umum sebagai reaksi pemerintah Perancis atas berduyun-duyunnya kaum wanita Perancis mengenakan cadar, dan bagi muslimah yang tertangkap petugas memakainya maka akan dikenakan denda.
Maka sejak Perancis memberlakukan undang-undang tersebut, Rasyid Nikaz menyediakan dana 1 juta Euro dikhususkan untuk membayar denda bagi muslimah bercadar. Seolah dengan tindakannya itu dia mengatakan kepada wanita muslimah Perancis yang hendak bercadar: “Pakai cadarlah sesuka kalian, jika terkena denda sayalah yang akan membayarnya”.
Beberapa media melansir foto milyarder yang istrinya juga mengenakan cadar ini keluar dari kantor polisi dengan menegakkan kepala (jauh dari kerendahan) seusai membayarkan denda bagi 2 muslimah yang terkena denda. Atas perannya ini, Syekh Al-Khuwainy mengibaratkannya sebagai “Satu orang yang mengalahkan satu Negara”. Semoga Allah Ta’ala merahmati Rasyid Nikaz dan hartanya di dunia-akherat.
Kisah Rasyid Nikaz ini
mengingatkan saya pada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Bukan
bermaksud membandingkan mereka. Tapi yang mereka lakukan lebih kurang
sama:
- Abu Bakar Ash-Shiddiq
membebaskan budak dengan hartanya.
- Rasyid Nikaz membebaskan
perempuan bercadar dengan hartanya.
Seandainya mereka berdua hidup
miskin, bisakah mereka membebaskan orang lain seperti itu? Tentu TAK
BISA!
Sudah jadi hukum alam bahwa
HARTA ADALAH KEKUASAAN. Barang siapa memiliki harta yang banyak, maka
dia bisa menguasai dunia.
“Tapi kan banyak
orang kaya yang pelit, korupsi, bejat, tidak punya kepedulian sosial,
kejam, bla… bla…”
Memang, ada sebagian orang
kaya yang seperti itu. Tapi itu bukan berarti kekayaan merupakan
sesuatu yang buruk, bukan?
Kekayaan itu sama seperti
pisau. Baik buruknya tergantung dari siapa yang pegang, digunakan
untuk apa, dan didapatkan dengan cara seperti apa.
Kalau harta dipegang oleh
orang yang beriman, insya Allah akan mampu menegakkan nilai-nilai
Islam di muka bumi ini.
Apa yang dilakukan oleh Abu
Bakar Ash-Shiddiq dan Rasyid Nikaz merupakan contoh nyata. Dengan
hartanya, mereka bisa membantu orang lain menjalankan syariat Islam
dengan benar. Coba bayangkan jika ada ribuan bahkan jutaan orang
seperti Rasyid Nikaz di muka bumi ini. Maka yang namanya KHILAFAH
akan dengan sangat mudah tegak.
Mengapa saat ini Yahudi
menguasai peradaban dunia? Salah satu faktor utamanya: Karena mereka
kaya dan menguasai perekonomian dunia.
“Jadi kalau umat Islam
ingin kembali menguasai dunia, maka kita harus berusaha menjadi orang
kaya dan menguasai perekonomian dunia.”
Saya
juga belum termasuk orang kaya, tapi saya terus berusaha menjadi
orang kaya dengan cara-cara yang benar, sesuai ajaran agama. Dan
semoga nanti saya dan
seluruh umat bisa
memanfaatkan kekayaan tersebut untuk beribadah dan berdakwah di jalan
Allah. Aamiin
No comments:
Post a Comment